Mudah Merencanakan, Sulit Mempertahankan!
Hello Pembaca setia blog DavitPutra.net,
Hari ini Saya ingin ungkapkan satu kalimat mutiara yg sebenarnya sering kita ‘aplikasikan’ :
Mudah merencakan sesuatu, tapi sulit mempertahankannya hingga ke akhir…!
Sebagian besar kita mungkin sering meng’aplikasikan’ kalimat di atas dalam kehidupan sehari-hari. Meski maknanya negatif, tidak baik, bahkan bisa merugikan diri sendiri, namun toh terkadang kita tidak kuasa melawannya.
Kita sangat sering mengungkapkan cita-cita dan merencanakan keberhasilan masa depan, namun lebih sering lagi kita tidak mempertahankan cita-cita tsb hingga ke garis finish (akhir).
Dalam aspek agama, kita tahu shalat jamaah itu dibalas dengan 27 kali lipat pahala, tapi kita lebih suka shalat sendiri-sendiri, bahkan di akhir waktu. Kita tahu bahwa menundukkan pandangan itu jauh lebih baik, tapi kita malah lebih sering mengumbar pandangan di luar aturan agama. Kita tahu bahwa menjaga aurat itu lebih mulia, tapi kita lebih sering mengumbar aurat tanpa takut akan hukuman-NYA. Kita ingin masuk surga, tapi kita tidak mau bersabar menempuh jalan ke sana…! Bukankah itu semua hanya sekedar keinginan (rencana) tanpa mau berjuang mempertahankanya (istiqomah)?
Dalam aspek bisnis, kita punya cita-cita yg tinggi ingin berhasil seperti orang lain. Bahkan deretan cita-cita mulia sudah kita tulis : ingin mengangkat kehidupan keluarga secara materi, membantu saudara yg membutuhkan, membantu orang yg kesulitan, bersedekah sebanyak mungkin, naik hajikan orang tua, menyekolahkan adik, mendirikan yayasan sosial, mendirikan pesantren wirausaha, membuka lapangan kerja bagi orang lain, dan sederet cita-cita mulia lainnya. Namun sayangnya sederet cita-cita mulia di atas hanya sekedar rencana.
Giliran aplikasi di lapangan, kita sangat sulit mempertahankannya karena terbentur masalah di tengah jalan. Sering pikiran kita buntu, buyar, bahkan sampai tidak tahu harus melakukan apa lagi dalam menghadapi kesulitan. Dalam keadaan bingung, terkadang kita sering mundur di tengah jalan, bahkan menyalahkan lingkungan atau nasib. Jika kita mau introspeksi secara spiritual, sebenarnya itu adalah ‘jalan Tuhan’ untuk memuliakan mental dan hati kita. kita lebih sering berencana mulia, tapi sulit menghadapi ujian Tuhan yg sebenarnya memuliakan kita.
Dalam aspek keluarga, kita sangat sering mendengar ucapan “semoga menjadi keluarga sakinah-mawaddah-warahmah”. Yaitu keluarga yg diliputi dengan rasa tentram, bahagia, dan mendapat rahmah/cinta Allah SWT. Semua itu bisa dicapai jika kita mempertahankan keimanan kpdNYA, kasih sayang, dan saling menjalankan kewajiban masing-masing dengan baik.
Namun dalam prakteknya, sangat sulit untuk mempertahankan akhlak mulia tsb karena godaan dunia begitu kuat….! Kita sering tidak merasa bahwa keluarga adalah benteng pertama sebelum anak dan istri kita bergaul dengan dunia luar. Sebagai kepala keluarga, karena segudang kesibukan kita terkadang tidak sadar bahwa punya kewajiban mengayomi keluarga dan terus membimbing ke jalan yg benar.
Itulah sebagian aplikasi sifat buruk kita : “Mudah merencakan sesuatu, tapi sulit mempertahankannya hingga ke akhir…!”
Semoga kita bisa terhindar dari sifat buruk tersebut, dan mengejar sifat terbaik dari tujuan mulia yg kita cita-citakan :
“Mudah merencanakan tujuan mulia, dan kuat mempertahankannya hingga ke akhir…!”
Sukses untuk kita yg Selalu Memperbaiki diri,
Davit
=====
yg masih belajar tentang kehidupan.
artikel yang sangat menggugah pak ..sukses selalu
thanks pak.davit
sangat bagus kata-katanya pak,, sukses selalu pak…
Pak Davit, betul sekali yg bapak tulis. untuk menjadi istiqomah memang banyak jalan penuh duri untuk ditempuh bukan dengan cara instan. saya jadi ingat petuah orangtua dari ayatNya bahwa “setelah kesulitan ada kemudahan dan setelah kesulitan ada kemudahan.” pencerahan dari pak Davit amat bermanfaat.
salam
betul sekali pak david, saya setuju. ini memang saya alami, tapi menurut saya inilah proses pencarian jati diri kita dalam bisnis dan cita-cita juga, karena kita memang produk yang dari kecil tidak diajarkan bagaimana mengejar cita-cita yang benar, kita cuma diarahkan menjadi orang pintar dan jadi PNS.. hahaha.. makasih pak
@haji dan umrah, benar pak. malah dulu waktu sma Saya sempat cita-cita mau jadi PNS. Bahkan sempat ingin jadi tentara karenea suka olah raga…eh setelah kuliah dan tahu baik buruknya, malah gak minat lagi. Memang jalan hidup kita Tuhan yg lebih tahu…! Tugas kita hanya patuh dan berusaha..
Davit
mantap supportnya pak davit, mudah2an tetap di berikan kekuatan oleh-Nya untuk bisa melampaui ujian menghadapi rintangan & slalu konsisten menuju usaha yg mandiri, maju trus RWP & WWP…
salam
sulis dh
hmmmmm….adem juga nich dapet wejangan dari Pak Davit, dah lama bgt gak baca tulisan beginian,…..
Kayanya memang bener2 butuh waktu & fisik super extra klo kita mau bener konsisten di jalur IM, klo msh sambilan kynya tetep segitu-gitu aja ya pak…hikhikhik…
salam
sulis dh
Thakns P Davit…kami tunggu kata2 mutiara yang lainnya.
Tx Pa’ Davit, Atas Supportnya … untuk mencapai sukses yang kita inginkan ” Tidak ada jalan yang Rata”.
salut pak davit, semoga bisa konsisten terhadap cita-cita mulia
salam – supri
satu demi satu telah ku baca apa yang dikirimkan pak davit … salam sukses
Bener pak.banyak keinginan yg mulia, tapi sangat sulit untuk mewjudkannya…. salam sukses pak Davit…..