Berenang di Samudera Cobaan Dunia

mata menangis menghadapi cobaan

Manusia itu lemah. Menangis adalah bentuk kesadaran kita bahwa jiwa ini sepenuhnya dalam genggaman Allah. Kita membutuhkan pertolonganNya.

“Tidaklah Kita hidup, kecuali akan ditempa dengan berbagai macam cobaan”.

Ketika Kita lahir, yg dicoba Tuhan adalah kedua orang tua.

Apakah orang tua sabar mempersiapkan diri sejak kehamilan hingga perjuangan untuk menuju hari kelahiran. Apakah sang ibu sabar menghadapi gejolak perubahan hormon-hormon dan fisiknya yg membuat tubuh tidak enak seperti waktu normal.

Ketika Kita masih bayi hingga kanak-kanak, yg menjadi cobaan masih kedua orang tua. Bagaimana ayah dan ibunya sabar bangun tengah malam menenangkan bayinya, mengasuh, dan memberikan pendidikan akhlak hingga masa kanak-kanak.

Setelah anak menginjak dewasa, yg menjadi cobaan adalah sang anak dan kedua orang tua. Bagaimana menyikapi perbedaan pendapat antara anak dan orang tua, antara suami dan istri. Adakalanya suami dan istri berbeda pendapat dalam mengarahkan sang anak mau sekolah di mana, bidang minat yg ditekuni anak, dan memberikan perhatian khusus anak yg satu dg yg lainnya. Ini adalah cobaan untuk saling memberikan argumen, nasehat, dan cita-cita menuju kebahagiaan dunia-akhirat. Harus kita sadari sebagai orang tua, bahwa sebab anaklah kedua orang tua bisa masuk surga atau neraka. Anak yg baik dan soleh akan membawa orang tuanya ke gerbang surga, anak yg bersifat buruk dan banyak berbuat dosa akan menyeret orang tuanya ke jurang neraka. Na’udzubillaahi min dzalik.

—————————

Perjuangan orang tua mencari nafkah adalah samudera terbesar cobaan dunia yg bisa menenggelamkannya atau membawanya berlabuh ke pantai impian kebahagiaan.

——————————–

ombak badai kehidupan
Perjuangan orang tua mencari nafkah bisa menghadapi gempuran ombak kesulitan jika jauh dari tuntunan Allah. Sebaliknya, jika bekerja keras sesuai aturan-Nya, ombak yg besar bisa membawanya berlabuh ke pantai kebahagiaan.

Kesibukan sang Ayah bekerja dari pagi sampai malam hari, atau sampai tidak pulang berhari-hari kadang membuat istri kesepian. Bahkan bisa membuat anak kekurangan kasih sayang jika sang Ibu ikut bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Jika istri sibuk bekerja karena ketidakmampuan suami memenuhi kebutuhan keluarga, maka ingatlah bahwa tanggung jawab suami akan dituntut di akhirat kelak. Jika anak tidak terurus atau kurang perhatian dalam pendidikannya karena Ayah dan Ibu nya bekerja seharian, maka ingatlah kedua orang tua ini akan ditanyai tanggung jawabnya mengemban amanah memiliki anak yg harus dibimbing menjadi anak yg soleh dan solehah.

Bagi orang tua yg berprofesi sebagai pengusaha, jika berbisnis tidak sesuai tuntunan agama, maka bisa membawanya ke lembah dosa riba, penipuan, himpitan hutang, hingga bisa memanipulasi laporan keuangan utk tujuan tertentu.

Bagi orang tua yg berprofesi sebagai pegawai negeri atau karyawan swasta, maka tanggung jawab kerja sesuai waktu yg ditentukan kadang bisa diselewengkan. Jika kita digaji per bulan dg akad masuk kerja per hari selama 7-8 jam, maka waktu tersebut harus digunakan untuk memikirkan tanggung jawab kerja untuk kemajuan kantor atau perusahaan tmp kita bekerja. Jika ada 1 jam saja yg kita gunakan untuk memikirkan bisnis sampingan, keluar kantor di siang hari untuk tujuan pribadi yg lain, memakai fasilitas kantor untuk nge-print kebutuhan pribadi, maka itu sudah termasuk penyimpangan dari akad kerja. Bisa disebut korupsi waktu, korupsi fasilitas kantor, yg intinya mengambil hak kantor tanpa se-ijin dari pemiliknya. Jika ada ijin khusus dari pemilik usaha tmp kita bekerja (kebijakan kantor) yg membolehkan semua hal di atas, maka tentu akan lebih menenangkan di hati. Sungguh, banyak di antara kita tidak sadar bahwa hal-hal kecil tsb dicatat oleh malaikat Tuhan yg setia mendampingi kita di sisi kiri dan kanan tubuh ini. Jika di dunia tidak ada manusia yg tahu, atasan kantor pun tidak tahu, maka yakinlah bahwa ada pertanggungjawaban di hadapan Tuhan pada hari perhitungan kelak.

Lebih baik kita hidup sederhana dalam 1 bidang dan menikmati pekerjaan/bisnis yg kita jalani sendiri. Dari pada menjalani hidup sambilan di beberapa bidang namun tanpa sadar telah mengambil hak orang lain. Atau sudah jadi kebiasaaan hidup melakukan penyimpangan kerja sehingga dosa itu sudah tidak dirasakan lagi. Na’udzubillaahi…..Ini akan membahayakan kita menuju pelabuhan akhirat yg abadi, yg balasannya hanya ada 2 pilihan : kenikmatan surga yg kekal abadi atau kesengsaraan menghadapi siksa neraka yg tak terperikan sakitnya.

Semoga Kita selamat berenang di samudera cobaan dunia menuju pelabuhan surga akhirat yg abadi..!

——————————

“Ya Allah, hidup ini terasa berat jika jauh dari tuntunan-Mu. Sulitnya cobaan-Mu sebenarnya kebaikan bagi kami semua. Bantu kami menyeberangi samudera cobaan dunia dg sabar dan bersyukur. Dosa kami begitu banyak, kadang kami tidak sadar bahwa setiap hari kami sudah menumpuk dosa-dosa kecil. Lama kelamaan kami terbiasa melakukan dosa besar. Akibatnya hati kami menjadi mati, tidak bisa menerima cahaya hidayah-Mu. Lalu Engkau turunkan bala kesulitan dg gelombang kehidupan yg naik turun sampai membuat kami lelah. Duh ya Allah, bukakan pintu ampunan-Mu agar kesulitan hidup menjadi berkah bagi kami, agar kemudahan menjadi pintu kebaikan bagi saudara-saudara kami. Bimbing kami ya Allah menuju Surga dunia dan Surga akhirat yg kami idam-idamkan selama ini..”

——————————–

 

Yg masih belajar tentang kehidupan,

 

Davit
=====

Bimbel Nyantri Bisnis Online>>

Pin BB Davit : 26B2772F
PIN BB Admin RWP : 2AFF9AAB
SMS/Telp : 0818-0493-4850.

Juga dibuka Bimbel Omset Rp. 10 Juta>>Klik
Juga dibuka Bimbel Omset Rp. 50 Juta>>Klik

11 thoughts on “Berenang di Samudera Cobaan Dunia

  1. Sudah merupakan tugas orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan pendidikan agama sejak dini, agar anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang akan membawa kedua orang tuanya ke syurga bukan keneraka.

  2. mksh pak atas sharenya tentang “Kesibukan sang Ayah bekerja dari pagi sampai malam hari, atau sampai tidak pulang berhari-hari kadang membuat istri kesepian. Bahkan bisa membuat anak kekurangan kasih sayang jika sang Ibu ikut bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Jika istri sibuk bekerja karena ketidakmampuan suami memenuhi kebutuhan keluarga, maka ingatlah bahwa tanggung jawab suami akan dituntut di akhirat kelak. Jika anak tidak terurus atau kurang perhatian dalam pendidikannya karena Ayah dan Ibu nya bekerja seharian, maka ingatlah kedua orang tua ini akan ditanyai tanggung jawabnya mengemban amanah memiliki anak yg harus dibimbing menjadi anak yg soleh dan solehah.” saya jadi bsa merenung ntr kelak klo saya jd orang tua bisa membagi wkt dengan baik agar bisa memndidik anak yang berguna bagi nusa bangsa, negara, agama, dunia, n akhirat.. amin

  3. Subhanallah…artikelnya cukup menyentuh, karena mirip dengan apa yang saya dan istri saya rasakan ketika kami bekerja dan harus meninggalkan anak2 kami di rumah dalam waktu yang lama. Kekhawatiran kami adalah anak-anak kami tidak terawasi dan mendapat kasih sayang yang cukup dari orang tua. Karena itu, kami selalu berdoa bisa mendapatkan pekerjaan yang in sya Allah bisa memiliki waktu yang cukup untuk selalu keluarga dan bisa mendidik anak2 kami untuk dunia dan akhirat. Terima kasih atas artikelnya, pak.

  4. Yes boss itu kan udah jadi tugas kita sebagai orang tua untuk mendidik anak-anak dengan pendidikan agama sejak dini, agar kelak mereka menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang menjadi kebanggaan bukan hanya orangtuanya tetapi juga untuk agamanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *