Mengejar Rahmat Allah di Bulan Ramadhan

“Barang Siapa yg bergembira menyambut datangnya Bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan Tubuhnya disentuh api Neraka”.

Marhaban ya Ramadhan, Marhaban ya Ramadhan, Selamat datang Wahai Bulan Ramadhan….

Tak Lupa saya mengucapkan Mohon maaf kepada seluruh member BisnisDavit dan Member RahasiaWebsitePemula jika selama ini ada salah dan khilaf yg dilakukan. Semoga Bulan Ramadhan ini dapat kita lalui dengan hati yg bersih.

Kalau pada tulisan sebelumnya saya menulis ada sekelompok orang yg berharap Masuk Surga dengan melakukan Teror, maka kali ini kita melihat Rahmat Allah sudah ada di depan mata yg bisa mengantarkan kita kepada Surga-NYA yg sebenarnya.

Kalaulah Allah sudah mengharamkan tubuh kita disentuh api neraka karena kegembiraan menyambut bulan Ramadhan, hampir dipastikan tempat tubuh kita adalah di Surga. Karena kehidupan akhirat nanti cuma ada 2 tempat ; kalau gak di neraka, ya di surga. Dan sebaliknya.

Tentu kegembiraan menyambut datangnya bulan Ramadhan dimulai dari persiapan-persiapan kita sebelum melaksanakan ibadah Ramadhan, hingga selesainya ibadah puasa dan ibadah-ibadah lain selama bulan tsb. Dan tak kalah pentingnya adalah istiqomah menerapkan ilmu kebaikan selama bulan Ramadhan untuk diterapkan dalam kehidupan 11 bulan berikutnya.

Persiapan menyambut Bulan Ramadhan bisa saja berupa pengaturan jadwal yg baik antara urusan kerja Muamallah (hub sesama manusia) dan ibadah Ramadhan. Buat kesepakatan antara istri/suami dan anak-anak untuk melakukan rutinitas yg barangkali ada mengalami perubahan jadwal.

Jika kita bekerja di kantor, selain mengerjakan urusan kantor, luangkan waktu istirahat untuk membaca Al-Quran atau membaca-buku-buku keagamaan yg bisa mempertebal keimanan kita.

Agar pelaksanaan Ibadah Puasa terasa sempurna, usahakan menjaga kesehatan sebaik mungkin. Mulailah dari mengatur pola Sahur dan Berbuka agar baik bagi kesehatan.

Usahakan saat Sahur, jangan terlalu banyak makan yg manis karena kabarnya akan menyebabkan rasa cepat lapar kembali. Karena ketika tubuh kelebihan zat manis, maka menyebabkan kerja hormon insulin akan terporsir karena responnya menormalkan gula darah kita yg berlebih. Akibatnya, tubuh akan cepat merasa lapar kembali sebelum sore.

Menurut pengalaman Bule Muallaf yg mantan Tentara AU Amerika, Mr. Gerry, mengkonsumsi madu, habatussauda, dan sari kurma sangat baik untuk menjaga kebugaran tubuh di saat puasa.

Lalu Ketika berbuka, gunakanlah air hangat, bukan air dingin. Dan Usahakan makan tidak terlalu kenyang saat berbuka. Sisakan sepertiga perut kita untuk jalan napas dan aliran darah agar kita tidak mengantuk saat melaksanakan Shalat Wajib dan Qiyamul lail di malam hari.

Banyak berbagai penelitian menunjukkan bahwa ternyata Puasa bisa meningkatkan kesehatan kita. Hal ini tentu ada kaitannya dengan Pola makan dan Sahur, dan istirahatnya organ tubuh kita dari kerja keras selama 11 bulan sebelumnya.

Yang tak kalah pentingnya adalah Etos dan Semangat kerja selama di Bulan Ramadhan jangan sampai mengendur. Bahkan kalo bisa ditingkatkan. Lho, Emangnya kenapa?

Karena selama Bulan Ramadhan, Doa-doa kita akan dikabulkan ALLAH, dan kerja atau ibadah kita akan ditingkatkan ganjarannya. Jadi jangan sampai kita menyia-nyiakan Rahmat yg telah disediakan ALLAH ini.

“Barang Siapa yg mengerjakan Ibadah Puasa dengan sungguh-sungguh dilandasi Rasa Keimanan, maka diakhir puasa dosa-dosanya akan diampuni Allah dan keadaannya bersih seperti bayi yg baru dilahirkan”.

Selamat Menunaikan ibadah Ramadhan wahai Saudaraku….

Raihlah Rahmat ALLAH di Bulan Suci ini ; Rezeki yg cukup dan Berkah, Badan yg sehat, keluarga yg Sakinah, dan jaminan Surga ALLAH di hari Kiamat kelak…!


Yang Masih Belajar,

Pencari Mutiara Kehidupan,


Davit Putra

=======================

Bisnis Online utk Orang Gaptek

13 thoughts on “Mengejar Rahmat Allah di Bulan Ramadhan

  1. terimakasih mas Davit suportnya,jelas puasa ramadhan adalah wajib bagi kaum muslim,upayakan jangan puasa napsu
    karena saat ini banyak yang puasa nafsu,buktinya hari biasa biaya hidup cukup Rp50.000/hari tetapi saat ramadhan bisa lebih,bukankah sisa lebihnya itu nafsu.
    Hari-hari biasa persediaan sembako tetap kenapa persediaan sembako pada bulan ramadhan di tambah beberapa kali lipat,padahal puasa itu gak makan dan minum.
    bukankah kelebihannya juga itu nafsu.maaf ini hanya buat renungan kaum muslim agar puasa bukan hanya lapar dan dahaga tetapi juga batin harus ikut puasa,dengan mengurangi Nafsu.

  2. Marhaban ya Ramadhan.
    Bulan yang suci sudah di depan mata.
    Saya berharap kita menjalankannya dengan hati yang iklas, karena dengan keiklasan insya Allah ibadah kita diterima disisi Allah SWT.
    Dengan pusa kita bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang2 yang serba kekurangan.
    Semoga dengan menjalankan pusa dengan iklas kita menjadi orang2 yang yang disayangi Allah dunia dan akhirat, amin……

  3. Ass.W.W. Kang Davit Putera sekeluarga Pencari Mutiara Kehidupan dan segenap member RWP yang kami cinta dan harapkan bantuan dan kerjasama dalam mencari redha Allah SWT. Marahaban-marhaban ya ramadhan ya Allah berikan kami umur dan kesehatan serta perasaan kegembiraan yang menggugah kesenangan dengan datangnya bulan ramadhan,jadikan kami bertambah iman dan keikhlasan untuk melaksanakan aneka ibadah dibulan suci ramadhan 1430 Hijriyah ini lebih meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
    Siangnya kami akan berpuasa dan malamnya kami akan berqiyamul lail,kabulkan do’a dan pinta hambaMu yang dhaif dan banyak dosa dan kesalahan ini.Semoga pintu ampunan yang Engkau buka seluas-luasnya dibulan ramadhan akan membakar habis dosa dan kesalahan kami Ya Allah Rabbul Jalal berikan rahmat dan maghfirahMU kepada kami serta pembebasan dari siksa neraka yang menakutkan.
    Sehubungan dengan keikhlasan niat kita dan keimanan kita untuk meningkatkan ibadah dan amalan-amalan shalihat dibulan ramadhan 1430 H. ini marilah kita terlebih dahulu saling mema’afkan sehingga kita sambut bulan ramadhan dengan hati dan fikiran serta perasaan yang tiada beban plo . . .ng dari dosa dan kesalahan terutama yang berhubungan dengan sesama manusia karena,Allah tidak akan ampunkan dosa kita yang berhubungan dengan sesama hamba yang belum saling mema’afkan.
    Kebiasaan yang umum ditengah-tengah masyarakat kita berma’af-ma’afan seolah-olah yang afdhal adalah dihari merayakan dua hari raya (‘idaian) fitri dan qurban.Padahal untuk kita memasuki bulan ramadhan yang penuh raahmat,berkah dan keampunan kiranya lebih pantas kita mengawali terlebih dahulu dengan saling mema’afkan.Semoga bertambah iman dan ketaqwaan kita.Terima kasih Kang Davit.Salam

  4. Asalamualaikum. Wr. WB,
    Marhaban ya Ramadan …………..terimakasih mas Davit supportnya, yang jelas puasa ramadhan adalah wajib bagi kaum muslim,hakikinya puasa adalah melatih meminimalkan nafsu …..karena tidak mungkin manusia tidak mempunyai nafsu ………” maaf ini hanya buat renungan ……… dan kaum muslim (utamanya pada diri saya) agar pada saat melaksamakan puasa bukan hanya lapar dan dahaga tetapi juga batin harus ikut puasa ( dengan mengurangi Nafsu).
    Semoga kita semua kaum muslim mendapat manfaat dan puasa kita diridloi Allah SWT, Amien…..

  5. Amal-amal Selama Di Bulan Ramadhan

    Ramadhan punya makna tersendiri di hati umat Islam. Bulan ini adalah bulan rihlah ruhaniyah (wisata rohani). Umat Islam melepas belenggu materialisme dunia dengan menghidupkan dunia ruhiyah. Sebulan penuh umat Islam menjalani proses tadzkiyatun nafs (pembersihan jiwa). Sebulan penuh umat Islam melakukan riyadhatur ruhiyah (olah rohani).
    Sebulan penuh umat Islam bagai ulat dalam kepompong Ramadhan. Diharapkan di akhir Ramadhan kondisi rohani mereka secantik kupu-kupu. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2): 183]
    Amal-amal apa saja yang bisa kita lakukan di bulan Ramadhan agar kita bisa memperoleh derajat takwa?
    1. Berpuasa (Shiyam)
    Amal yang utama di bulan Ramadhan tentu saja berpuasa. Hal ini diperintahkan Allah swt. dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 183-187. Karena itu, agar puasa kita tidak sia-sia, perdalamlah wawasan kita tentang puasa yang benar dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya. Sebab, puasa bukan sekadar tidak makan dan tidak minum. Tapi, ada rambu-rambu yang harus ditaati.
    Kata Rasulullah saw., “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yagn semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)
    Jangan pernah tidak berpuasa sehari pun tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Meninggalkan puasa tanpa uzur adalah dosa besar dan tidak bisa ditebus meskipun orang itu berpuasa sepanjang masa. “Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshah atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidup,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. At-Turmudzi)
    Jauhi hal-hal yang dapat mengurangi dan menggugurkan nilai puasa Anda. Inti puasa adalah melatih kita menahan diri dari hal-hal yang tidak benar. Bila hal-hal itu tidak bisa ditinggalkan, maka nilai puasa kita akan berkurang kadarnya. Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah (hakikat) puasa itu sekadar meninggalkan makan dan minum, melainkan meninggalkan perbuatan sia-sia dan kata-kata bohong.” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).
    Rasulullah saw. juga berkata, “Barangsiapa yang selama berpuasa tidak juga meninggalkan kata-kata bohong bahkan mempraktikkanya, maka tidak ada nilainya bagi Allah apa yang ia sangkakan sebagai puasa, yaitu sekadar meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari dan Muslim).
    Semua itu tidak akan bisa kita lakukan kecuali dengan bersungguh-sungguh dalam melaksankannya. Dengan begitu, puasa yang kita lakukan menghasilkan ganjaran dari Allah berupa ampunNya. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampuni dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
    Salah satu bentuk kesungguhan dalam berpuasa adalah, melakukan makan sahur sebelum tiba waktu subuh. Rasulullah saw. menerangkan, “Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan Anda tinggalkan, meskipun hanya dengan seteguk air. Alah dan para malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur.”
    Selain sahur, menyegerakan berbuka ketika magrib tiba, juga bentuk kesungguhan kita dalam berpuasa. “Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai olehNya ialah mereka yang menyegerakan berbuka puasa,” begitu kata Rasulullah saw. Rasulullah saw. memberi contoh bersegera berbuka puasa walaupun hanya dengan ruthab (kurma mengkal), tamar (kurma), atau seteguk air. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
    Selama berpuasa, jangan lupa berdoa. Doa yang banyak. Sebab, doa orang yang berpuasa mustajab. Ini kata Rasulullah saw., “Ada tiga kelompok manusia yang doanya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah doa orang-orang yang berpuasa sehingga mereka berbuka.” (HR. Ahmad dan Turmudzi)
    2. Membaca Al-Qur’an (Tilawah)
    Al-Qur’an diturunkan perama kali di bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah saw. lebih sering dan lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan lain. Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.
    Buat target. Jika di bulan-bulan lain kita khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan, maka di bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah dengan menghafal satu juz atau surat tertentu. Ini bisa dijadikan program unggulan bersama keluarga.
    3. Memberikan makanan (Ith’amu ath-tha’am)
    Amal Ramadhan yang juga dianjurkan Rasulullah saw. adalah memberikan santapan berbuka puasa kepada orang-orang yang berpuasa. “Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. Turmudzi dan An-Nasa’i)
    Sebenarnya memberi makan untuk orang berbuka hanyalah salah satu contoh bentuk kedermawanan yang ingin ditumbuhkan kepada kita. Masih banyak bentuk sedekah yang bisa kita lakukan jika kita punya kelebihan rezeki. Peduli dan sigap menolong orang lain adalah sifat yang ingin dilatih dari orang yang berpuasa.
    4. Perhatikan kesehatan
    Berpuasa adalah ibadah mahdhah. Tapi orang yang berpuasa juga sebenarnya adalah orang yang peduli dengan kesehatan. Makanya Rasulullah saw. berkata, “Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat.” Tak heran jika selama berpuasa Rasulullah saw. tetap memperhatikan kesehatan giginya dengan bersiwak, berobat dengan berbekam, dan memperhatikan penampilan, termasuk tidak berwajah cemberut.
    5. Jaga keharmonisan keluarga
    Puasa adalah ibadah yang khusus untuk Allah swt. Tapi, punya efek yang luas. Termasuk dalam mengharmoniskan hubungan keluarga. Jadi, berpuasa bukan berarti menjauh dari istri karena taqarrub kepada Allah sepanjang malam. Bukan juga tiada hari tanpa i’tikaf. Rasulullah saw. berpuasa, tapi juga memenuhi hak-hak keluarganya.
    Dalam praktik keseharian, hanya di bulan Ramadhan kita bisa makan bersama secara komplit sekeluarga, baik ketika berbuka atau sahur. Di bulan lain hal ini sulit dilakukan. Keharmonisan keluarga juga bisa kita dapatkan dari shalat berjamaah dan tadarrus bersama.
    6. Berdakwah
    Selama Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah yang luas. Karena, siapapun di bulan itu kondisi ruhiyahnya sedang baik sehingga siap menerima nasihat. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan ini. Rasulullah saw. bersabda, barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.
    Jika mampu, jadilah pembicara di kultum ba’da sholat zhuhur, ashar, dan subuh di musholah atau masjid. Bisa juga menjadi penceramah di waktu tarawih. Jika tidak bisa berceramah, buat tulisan. Sebarkan ke orang-orang yang Anda temui. Jika tidak bisa, bisa mengambil artikel-artikel dari majalah, fotocopy, lalu sebarkan. Insya Allah, berkah.
    Ini sebenarnya hanyalah langkah awal bagi kerja yang lebih serius lagi. Dengan melakukan hal-hal sederhana seperti di atas, sesungguhnya Anda sedang melatih diri untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain. Kata Rasulullah saw., mukmin yang baik adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.
    7. Shalat Tawawih (Qiyamul Ramadhan)
    Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih (qiyamul ramadhan). Rasulullah saw., karena khawatir akan dianggap menjadi shalat wajib, melaksanakan shalat tarawih berjamaah bersama para sahabat tidak sepanjang Ramadhan. Ada yang meriwayatkan hanya tiga hari. Saat itu Rasulullah saw. melakukannya secara berjamaah sebanyak 11 rakaat dengan bacaan surat-surat yang panjang. Tapi, di saat kekhawatiran akan diwajibakannya shalat tarawih sudah tidak ada lagi, Umar bi Khattab menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih adalah 21 atau 23 rakaat (HR. Abdur Razzaq dan baihaqi).
    Ibnu hajar Al-Asqalani Asy-Syafi’i berkata, “Beberapa riwayat yang sampai kepada kita tentang jumlah rakaat shalat tarawih menyiratkan ragam shalat sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing. Kadang ia mampu melaksanakan shalat 11 rakaat, kadang 21, dan terkadang 23 rakaat, tergantung semangat dan antusiasmenya masing-masing. Dahulu mereka shalat 11 rakaat dengan bacaan yang panjang sehingga mereka bertelekan dengan tongkat penyangga, sedangkan mereka shalat 21 atau 23 rakaat, mereka membaca bacaan-bacaan yang pendek dengan tetap memperhatikan masalah thuma’ninah sehingga tidak membuat mereka sulit.”
    Jadi, silakan Anda qiyamul ramadhan sesuai dengan kadar kemampuan dan antusiasme Anda.
    8. I’tikaf
    Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”
    Mudah-mudahan Anda bukan dari golongan yang kebanyakan itu.
    9. Lailatul Qadar
    Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk bida meraih lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Kenapa? Karena, “Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.
    10. Umrah
    Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya akan berlipat-lipat. Rasulullah saw. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara denagn haji bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)
    11. Zakat Fitrah
    Zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum hari Ramadhan berakhir oleh umat Islam, baik lelaki-perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tujuannya untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu fakir miskin.
    12. Perbanyaklah Taubat
    Selama bulan Ramadhan Allah swt. membukakan pintu ampunan bagi hamba-hambanya dan setiap malam bulan Ramadhan Allah membebaskan banyak hambaNya dari api neraka. Karena itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat kembali ke fitrah kita.

  6. Mari kita bersemangat menyambut datangnya bulan Ramadhan ini. Lakukan semua amalan ibadah kita dengan ikhlas dan sesuai petunjuk Rasulullah. Beramal dengan Ikhlas namun tidak sesuai dengan Sunnah Rasulullah niscaya amalan kita akan ditolak. Karena Rasulullah adalah manusia yang telah dipercaya oleh Allah untuk mengajarkan agama ini kepada umatnya, jadi kita harus mengikuti beliau. Beramal sesuai dengan petunjuk Rasulullah namun dilakukan dengan tidak ikhlas juga tidak akan diterima amalan kita itu. Jadi beramal itu harus ikhlas dan sesuai sunnah Rasulullah.Ikhlas dan sesuai sunnah adalah perwujudan dari kesaksian kita yakni Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.Mari kita beramal ibadah dengan ikhlas dan sesuai sunnah agar kita menjadi generasi yang bertaqwa sebagaimana tujuan yang diharapkan dari perintah berpuasa yakni menjadi orang-orang yang bertaqwa.

  7. Ass.Wr.Wb. Marhaban Ya Ramadhon. Terima Kasih Pak Davit, insya Allah siar antum selama ini akan menjadi amal jariyah di akhirat nanti. Inilah mungkin makna dari ayat Ayyaman Ma’dudan ( Waktu-waktu tertentu ) dimana Allah SWT dalam 1 tahun sebanyak 365 hari hanya ada waktu-waktu tertentu yaitu kurang lebih 30 hari yang diberikan oleh Allah kepada hambanya untuk kembali banyak belajar beribadah serta mencari perhatian dari Allah Azza Wajallah, semua apa yang kita lakukan di bulan ramadhon semat-mata agar dikemudian hari nanti kita bukan lagi menjadi ummmat yang terasing menurut pandangan Allah SWT. Dan Insya Allah dimanapun kita berada rahmat Allah akan senantiasa menyertai dan melindungi kita semua. Wass.

  8. Bulan puasa juga menjadi bulan tersendiri/ khusus bagi kami yang bukan muslim. bulan yang sungguh bagi kami sekeluarga memberi nuansa positif bagi hidup dan diri kami. ketika mereka yang berpuasa menahan haus dan lapar, kami juga akhirnya ikut merasakannya. ketika merasakan satu pengharapan tuntasnya puasa satu hari ini, kami pun turut senang dan bangga tuntas juga satu perjuangan saudaraku… kami juga bahkan sering larut di tiap sore di acara ngabuburit… enaknya merasakan aneka kolek… dan suara azan yang membahana… turut mengingatkan kami akan keluhuran Sang Khalik….

  9. Puasa Di Persimpangan Nafsu
    Abdul Mutaqin Senin, 07/09/2009 14:01 WIB

    Seandainya hanya dengan dapat menahan hawa nafsu orang sudah dianggap beriman, alangkah murahnya iman itu. Tidak sebanding dengan balasan Allah kelak yang amat agung. Sanggup menahan nafsu, hanya salah satu dari sekian indikator bahwa orang dinyatakan sebagai beriman.

    Iman ibarat batu mulia, ia akan tetap kelihatan kusam dan tidak berkilau cahayanya apabila tidak diasah dihaluskan. Mustahil batu mulia itu berkilau sendiri jika tidak ada upaya keras untuk membuatnya halus dan berkilau cahayanya. Sebatas pengakuan saja, iman menjadi hilang efektifitasnya, melainkan harus diuji dengan berbagai cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kita. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan hebat sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”.

    Ketika menyebut predikat orang beriman, Al-Qur’an sedikitnya menyebut dalam tiga kondisi.

    Pertama, menggandengkannya dengan amal soleh.

    Kedua, menggandengkannya dengan perintah melakukan berbagai macam kebajikan.

    Dan ketiga, menggandengkannya dengan larangan melakukan berbagai macam keburukan. Maka, iman dianggap ”telanjang” apabila tidak dibarengi amal soleh, ketaatan melakukan perintah kebajikan dan ketaatan untuk menjauhi berbagai perbuatan buruk. Menahan hawa nafsu, hanyalah satu saja dari kebajikan yang maha luas itu.

    Meskipun demikian, tanpa nafsu, manusia bukan lah manusia. Tapi jika nafsunya terlalu dominan menguasai hidupnya, maka hakikat kemanusiannya menjadi samar hingga tak jelas lagi beda dirinya sebagai Bani Adam atau bani thaguut.

    Sekian banyak ayat menyinggung secara khusus tentang nafsu. Dari semua ayat tersebut, nafsu disebutkan dalam berbagai konteks. Ada konteks yang menegaskan bahwa Allah memahami kebanyakan manusia tidak kuasa menahan nafsu. Konteks lain tentang pujian Allah kepada Nabi Yahya atas keteguhannya menahan hawa nafsu. Di lain tempat dalam konteks menyebutkan bahwa nafsu adalah sumber kejahatan kecuali nafsu yang diberi rahmat Allah.

    Sebagian besar nafsu dijelaskan dalam konteks yang negatif sebagai sumber kebinasaan, kejahatan, kesesatan, kedurhakaan, kezaliman, kemaksiatan dan berpaling dari jalan Allah. Qabil yang membunuh saudaranya Habil disebut dalam konteks ini.

    Juga kaum Nabi Luth yang melakukan penyimpangan seksual (homoseks) disebut karena memperturutkan hawa nafsu. Demikian pula orang-orang yang menyia-nyiakan shalat disebut dalam rangkain konteks ini. Bahkan Bani Israil tega membunuh para Nabi karena memperturutkan hawa nafsu. Banyak dari ayat dalam konteks ini menyerukan untuk mengikuti syari’at dan jangan memperturutkan hawa nafsunya. Adapun orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surga adalah tempat tinggalnya kelak.

    Nafsu tidak untuk dibunuh, karena membunuhnya melanggar kodrat. Melainkan ia untuk dikendalikan, sebab mengendalikannya mencocokkan kesesuaian dengan fitrahnya. Manusia bukanlah malaikat tetapi juga bukan syaithan terlaknat. Jika nafsu sudah dapat dikendalikan dengan iman, berubahlah ia menjadi nafsu yang memancarkan rahmat Tuhan.

    Nafsu dalam bingkai rahmat Tuhan adalah kenikmatan. Ia mampu mengantarkan perjalanan hidup manusia penuh warna gairah. Syahwat adalah satu contoh konkret dalam hal ini. Kalaulah tidak terlalu disebut berlebihan, syahwat dihadirkan untuk menyempurnakan pesan-pesan agama dan kemanusiaan. Bagaimana mungkin nilai perintah perkawinan menjadi rasional apabila manusia sebagai subjek perkawinan itu tidak memiliki syahwat kepada lawan jenisnya?

    Lalu apalah artinya agama menuntun seorang mukmin menahan lapar dan haus dalam puasanya jika dirinya seperti malaikat yang tak punya keinginan makan dan minum? Begitulah seterusnya. Dalam bingkai rahmat Tuhan, nafsu seks dalam simpul perkawinan menjadi ibadah yang mengantarkan kepada sakiinah, mawaddah dan rahmah. Menyegerakan ”nafsu” makan dan minum saat berbuka dan mengakhirkannya saat sahur adalah kebajikan. Namun jika nafsu seks dan makan itu lepas dari rahmat-Nya, maka menjadilah ia gerbang kehinaan dalam perangkap zina dan penyakit menakutkan akibatnya. Atau tak ubahnya seperti hewan yang tidak mengenal waktu aturan makan di bulan Ramadhan, sebab malam dan siangnya sama saja tiada beda.

    Mengendalikan nafsu seks dan makan minum di siang hari di bulan Ramadhan bukanlah bermaksud mematikan esksistensinya. Melainkan memperhalusnya dengan aturan pengalihan waktu pemenuhannya. Dikatakan memperhalusnya, karena meskipun ia dihalalkan di malam hari hingga terbit fajar, tidaklah dibenarkan untuk melampiaskannya berlebihan sebab telah dikekangnya seharian di waktu siang. Sebab kalau ternyata malam hari dijadikan sebagai pelampiasan habis-habisan atas keinginan tersebut, maka hakikat puasa yang dijalankannya menjadi nihil. Begitu banyak, setelah beduk dan adzan Maghrib yang dinanti menggema banyak shaimin yang kehilangan energi, kelelahan membawa beban perut karena dipaksa menampung makanan dan air di luar batas normalnya. Jika sudah demikian, ke mana fisiknya dilabuhkan sudah dapat ditebak.

    Puasa memang ibadah yang sangat khusus dan rahasia. Kecuali Allah dan pelakunya, tidak ada satu pun yang mengetahui pasti bahwa seorang tengah berpuasa atau berpura-pura puasa. Banyak meludah atau kelihatan lesu tidak serta merta menjadi tanda sesorang tengah berpuasa. Atau sebaliknya, orang yang larut dalam pekerjaan berat, aktivitas yang tinggi, energik dan kelihatan selalu segar dijadikan acuan bahwa orang itu tidak berpuasa. Bukan. Bisa jadi itu hanyalah gejala dari sebuah motif (niat) puasa yang dibangunnya.

    Puasa sebagai tanda keimanan tidak dipungkiri, tetapi banyak diterjemahkan dengan motif yang beraneka ragam juga adalah kenisniscayaan. Bergantung kepada kadar iman. Tebal bagai lapisan bumi atau tipis bak benang sutera keimanan pelakunya. Jika niat berpuasa dibangun karena mengharap ridha Allah, maka baginya adalah pahala dan ganjaran yang memuaskan.

    Karena itu, orang yang beriman juga dituntut ikhlas dalam setiap amalnya. Ikhlas salah satu kunci bahwa amal itu diterima di sisi Allah. Orang yang berpuasa dengan ikhlas adalah orang yang sanggup menahan nafsu semata-mata karena perintah Allah dan ingin mengharap ridha-Nya. Orang yang berpuasa dengan niat atau motif seperti ini, layak mendapat ganjaran seperti yang Nabi sampaikan; diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan kelak masuk surga melalui pintu ”Ar Royyan”. Ar Royyan adalah salah satu pintu surga yang hanya dimasuki oleh orang yang berpuasa sebagai pengharagaan mulia atas ketaatannya.

    Lalu, bagaimana orang yang berpuasa tetapi motifnya adalah dunia. Allah akan mengganjar puasanya sesuai dengan niatnya itu. Kalau orang berpuasa niatnya karena tidak enak sama mertua misalnya, maka balasan puasanya hanya sebatas mertuanya ”merasa senang” karena manantunya berpuasa, sedangkan di hadapan Allah ia tidak mendapatkan apa-apa. Jika ia berpuasa supaya lebih dihormati oleh isteri atau suaminya, percayalah, Allah akan berikan itu. Tetapi nanti di hadapan Allah pada timbangan amal akhiratnya, ia tidak berhak lagi atas nilai puasanya, sebab balasannya telah mereka dapatkan selama di dunia. Kata Nabi orang yang berpuasa seperti ini hanya mendapat ganjaran cape, ngantuk, lapar dan haus saja. Jika hanya sebatas itu, untuk apa? Allahu a’lam bisshawaab.

  10. Mas davit ysh
    Terima kasih atas “mutiara kehidupannya” karena idealnya seperti itu. Tapi jujur saja semoga Allah mengampuni dosa saya. Kalau mendekati bulan ramadhan hati saya selalu sedih dan bahkan jengkel. Lho kenapa?
    Bukan bulan ramadhannya yang membuat saya sedih atau bahkan jengkel. Tapi prilaku umatnya yang membuat saya jadi sedih.Marilah kita kupas satu persatu sebabnya
    1. Ada istilah 3M dibulan ramadhan dizaman sekarang ini (walaupun berupa anekdot). M pertama 10 hari pertama ke Masjid, M kedua 10 hari kedua ke Mall dan dan M ketiga 10 hari terakhir Mudik, dan itu dapat kita lihat dan rasakan sendiri. 2/3 dari waktu ramadhan pada umumnya adalah saat paling memusingkan buat kepala keluarga, karena tuntutan kebiasaan salah begitu tinggi sehingga halal haram rezeki yang didapat sering tidak lagi jadi pertimbangan.
    2. Bulan ramadhan adalah bulan dimana saatnya muslim bersama kafir memeras muslim. Ga percaya? datanglah ke pasar.
    2. Salah satu tujuan shaum itu adalah melatih kita untuk merasakan lapar dan haus agar kita dapat berempati kepada orang-orang melarat yang kadang makan kadang tidak.Tapi kenyataan pada umumnya biaya dapur kita meningkat ketika ramadhan yang artinya rasa lapar dan haus kita nyaris tidak ada gunanya
    3. Di bulan ramadhan mall penuh sesak oleh muslim berbelanja barang serba baru padahal sunatnya Rosul hanya memakai pakaian terbaik (bukan baru) ketika sholat ied. Artinya kita berlebihan dalam sunah.
    4. menjelang idul fitri kita dapat lihat jutaan muslim begitu sibuknya mempersiapkan mudik, bukan sibuk memperbanyak ibadah, padahal bisa jadi itu ramadhan terakhirnya
    4. Ketika malam takbiran coba lihat dan dengarkan berapa banyak orang bertakbir di masjid dan berapa banyak kaset bertakbir di jalanan. Artinya ada potensi kita menipu Allah.
    Pertanyaan bagaimana dapat bergembira menyambut ramadhan kalau 2/3 dari bulan ramadhan kita melihat diri kita dan saudara-saudara kita larut ke dalam mengumbar nafsu keduniawian saja.
    Ya Allah ampunilah kesedihan hamba?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *